Sebagai Penyerap Karbon, Hutan Indonesia Bernilai US$565,9 miliar

Di anugrahi oleh sumber daya alam mineral yang melimpah, ternyata Indonesia mempunyai potensi lain yang tak tanggung-tanggung nilainya
Assalamu'allaikum....

Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah
Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah. Foto via trippers.id

rizensia - Di anugrahi oleh sumber daya mineral yang melimpah, ternyata Indonesia mempunyai potensi lain yang tak tanggung-tanggung nilainya. Bahkan dari sumber daya ini, Indonesia bisa menghasilkan US$565,9 miliar atau sekitar Rp8.586 triliun (asumsi kurs Rp15.174 per US$).

Nah, potensi lain itu ternyata adalah penyerap emisi karbon, yang dihasilkan oleh hutan Indonesia.

Dalam keterangan pers Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar dalam seminar internasional "Carbon Trading: The Journey to Net Zero" mengatakan, Dengan hutan tropis seluas 125 juta hektar, Indonesia diperkirakan mampu menyerap 25 miliar ton karbon, belum termasuk hutan bakau dan gambut, sehingga diperkirakan bisa menghasilkan pendapatan senilai 565,9 miliar dolar AS dari perdagangan karbon.

Untuk mendukung peluang itu, menurut Mahendra dibutuhkan kerangka regulasi yang jelas mengatur mengenai kewenangan dan pengoperasian bursa karbon, baik untuk perdagangan dalam negeri maupun luar negeri.

"Kita juga harus memastikan perangkat infrastruktur tidak hanya fit tetapi juga lengkap mulai dari infrastruktur primer, sekunder dan pasar sehingga dapat mendukung beroperasinya bursa karbon, serta mekanisme pengawasan yang sesuai untuk pasar karbon agar selaras dengan target nasional yang ditetapkan dalam Nationally Determined Contribution (NDC)," kata Mahendra, seperti dikutip dari keterangan resmi, Selasa (27/09/2022).

Mahendra mengungkapkan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus menyiapkan penyelenggaraan bursa karbon untuk mendukung inisiatif Pemerintah menetapkan harga karbon dalam upaya mengatasi perubahan iklim.

"OJK bersama industri jasa keuangan siap mendukung inisiatif ini," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam seminar internasional "Carbon Trading: The Journey to Net Zero" sebagai rangkaian kegiatan peringatan 45 tahun diaktifkannya kembali Pasar Modal Indonesia di Jakarta.

Menurut Mahendra, penetapan harga karbon yang diinisiasi oleh Pemerintah dapat memberikan insentif untuk mengurangi emisi dan disinsentif bagi perusahaan yang memproduksi lebih dari batas yang ditoleransi.

Mahendra juga mengatakan dengan kondisi geografis Indonesia yang memiliki hutan tropis terbesar ketiga di dunia, Indonesia bisa memiliki banyak keuntungan dari perdagangan emisi karbon global.

"Di sinilah Indonesia dapat melangkah dan memanfaatkan keunggulannya sebagai pemimpin untuk menggunakan inisiatif bursa karbon dalam memberikan alternatif pembiayaan bagi sektor riil," jelas Mahendra.

OJK berharap regulasi terkait payung hukum mengenai otoritas penyelenggaraan dan operasional perdagangan karbon khususnya melalui bursa karbon dapat segera diterbitkan sehingga dapat mempercepat tujuan pencapaian NDC Indonesia serta target implementasi net zero emission pada tahun 2060. 

Selain Mahendra, dalam acara tersebut juga hadir sebagai pembicara adalah Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Laksmi Dewanti dan  Direktur Eksekutif Abu Dhabi Global Market's Financial Services Regulatory Authority Simon O'Brien.
***

Email: [email protected]
WA: 089657444900
Kami hadir di GOOGLE NEWS

Posting Komentar

Berikan komentar terbaikmu!
© 2015 - rizensia - PT Rizensia Invest Sedaya.
Sahabat Investasi Kamu! | All rights reserved.