rizensia - Martua Sitorus adalah seorang pengusaha kenamaan kelahiran Indonesia, ia dikenal sebagai seorang yang berani mengambil risiko dengan memasuki wilayah-wilayah bisnis baru sehingga mendapat peluang baru. Inilah penilaian koleganya terhadap sosok Martua.
Kemudian, Martua juga dinilai sebagai pribadi yang low profil. Saking low profile-nya, tak banyak orang yang mengetahui kemajuan pesat bisnisnya bahkan kawan-kawan baiknya. Tak heran jika banyak yang merasa terkejut setelah melihat ia mampu menjadi pebisnis besar. Bahkan rajin masuk daftar orang terkaya di Indonesia.
Nama lain dari Martua Sitorus adalah Thio Seeng Haap adalah pengusaha sukses di Indonesia. Ia bersama dengan Kuok Khoon Hong mendirikan perusahaan bernama Wilmar International yang bergerak dibidang perkebunan dan pengolah minyak sawit mentah (CPO) serta produsen gula.
Pengusaha keturunan Tionghoa akan tetapi bermarga Batak ini di Indonesia mungkin kalah populer jika dibandingkan rekan seprofesinya seperti Ciputra atau Aburizal Bakrie. Ini sebabkan, Martua selama ini dalam menjalankan roda bisnisnya dengan lebih banyak tinggal di Singapura ketimbang di Indonesia. Walau di Singapura, sebagian besar aktivitas produksinya berada di Indonesia.
Martua dilahirkan di Pematang Siantar, Sumatera Utara, awalnya ia berdagang udang di masa mudahnya. Kemudian usai mendapatkan gelar sarjana ekonominya dari Universitas HKBP Nommensen, Medan, Martua pun merintis bisnis dengan berdagang minyak sawit dan kelapa sawit secara kecil-kecilan di Indonesia dan Singapura. Perlahan-lahan usahanya itu berkembang pesat.
Memasuki akhir tahun 1980-an, ia menjalin kemitraan dagang dengan Kuok Khoon Hong, keponakan Robert Kuok, raja bisnis gula dan properti Malaysia. Mereka berdua sepakat untuk mengembangkan bisnis bersama-sama dengan 'Wilmar', Konon, Wilmar merupakan singkatan dari kedua nama mereka, yaitu William, yang merupakan nama panggilan Kuok Khoon Hong, dan Martua Sitorus.
Pada tahun 1991, Martua sudah mampu memiliki kebun kelapa sawit sendiri seluas 7.100 hektar di kampung halamanya, Sumatera Utara. Pada tahun itu juga, ia berhasil membangun pabrik pengolahan minyak kelapa sawit pertamanya.
Dalam masa dua dekade, mereka berhasil membangun bisnis kelapa sawit terintegrasi, mulai dari perkebunan sawit, pabrik pengolahan sawit, oleokimia, biodiesel, pengepakan, hingga pemasaran minyak sawit (CPO).
Pada tahun 2021, Wilmar mengklaim sebagai produsen terbesar minyak goreng kemasan bermerek di Indonesia. Bahkan Wilmar juga merupakan produsen minyak nabati nomor satu di dunia. Selain Indonesia, pasar utama Wilmar termasuk China, India, Vietnam dan beberapa negara Afrika.
Untuk pasar China, Wilmar menguasai 45% pangsa pasar minyak nabati, dengan Arawana menjadi merek yang diperdagangkan secara luas di sana.
Sementara itu produk minyak goreng perusahaan yang dijual bebas di pasar Indonesia dan dekat dengan masyarakat adalah merek Sania dan Fortune. Selain itu produk minyak goreng lain yang dikeluarkan Wilmar termasuk Siip, Sovia, Mahkota, Ol'eis, Bukit Zaitun dan Goldie.
Wilmar diketahui memiliki lebih dari 10 pabrik manufaktur untuk minyak goreng di Indonesia dan Malaysia. Secara global, Wilmar memiliki lebih dari 450 pabrik dan jaringan distribusi di China, India, Indonesia, dan 50 negara lainnya. Grup perusahaan ini memiliki kurang lebih 92.000 karyawan dari berbagai negara.
Dikutip dari laman resmi perusahaan mengatakan, bahwa Wilmar adalah salah satu pemilik perkebunan kelapa sawit terbesar di dunia dengan total luas tanam 232.053 hektar (ha) per 31 Desember 2020, di mana sekitar 65% berada di Indonesia dengan lokasi tersebar di Sumatera, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.
Selain minyak goreng, Wilmar juga memproduksi tepung dengan merek Mila, Tulip dan Sania yang dipasarkan di Indonesia. Selanjutnya Wilmar yang merupakan perusahaan penggilingan padi terbesar dunia dengan kapasitas tahunan 7 juta ton, juga menjual beras dengan merek Fortune, Sania dan Lumbung Padi di Indonesia.
Wilmar ternyata terus berkembang dimana mereka memiliki produk konsumer lainnya mulai dari mie dan pasta hingga saus dan kondimen, akan tetapi tidak ditargetkan untuk pasar Indonesia. Sementara itu produk non-konsumer perusahaan termasuk pakan ternak hingga pupuk.
Saat ini, Martua Sitorus tidak lagi memiliki kepemilikan langsung di antara 20 besar pemegang saham terbesar di Wilmar International setelah ia resmi mundur dari perusahaan pada tahun 2018. Akan tetapi keponakan dari Martua yakni Darwin Indigo tercatat sebagai country head Wilmar di Indonesia dan juga merupakan Komisaris Utama di PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk (CEKA).
Pada tahun 2010, Martua lalu mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa kesehatan yakni Murni Sadar Group. Perusahaan ini melakukan penawaran saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode MTMH sekaligus berubah nama menjadi PT Murni Sadar, Tbk pada 2022.
Kemudian, Martua kembali mendirikan perusahaan yang bernama Cemindo Gemilang yang berfokus kepada produksi dan distribusi semen dengan merek produk Semen Merah Putih pada 2011. Perusahaan tersebut lalu melakukan penawaran saham di BEI pada tahun 2021, dengan kode saham CMNT.
Berikut daftar portofolio Martua Sitorus di Bursa Efek Indonesia (BEI):
Kode Emiten | Nama Perusahaan |
---|---|
CMNT | Cemindo Gemilang Tbk |
MTMH | Murni Sadar Tbk |