Gus Baha: Tiga Tipe Ibadah Seorang Hamba dan Pentingnya Belajar Ikhlas

Bagi seorang hamba, Allah SWT memang telah menjanjikan ganjaran surga bagi hamba yang bertakwa dan menjanjikan siksa neraka bagi hamba yang bermaksiat

 Assalamu'allaikum...

Gus Baha: Tiga Tipe Ibadah Seorang Hamba dan Pentingnya Belajar Ikhlas
Gus Baha

rizensia - Allah SWT memang telah menjanjikan ganjaran surga bagi hamba yang bertakwa dan menjanjikan siksa neraka bagi hamba yang bermaksiat atas Nya. Tapi jangan disangka bahwa ditempatkannya seorang hamba di surga itu karena amal semata, sebab rahmat Allah SWT lah yang menjadi hal dan paling berperan atas kenikmatan yang di peroleh seorang hamba.

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwasanya surga dan neraka merupakan ciptaan Allah yang dipersiapkan sebagai ganjaran bagi hamba-hamba Nya. Lalu, bagaimana jika seorang hamba beribadah kapada Allah SWT demi mendapat ganjaran surga dan kerena takut neraka?

Nah, terkait penjelasan tersebut, KH. Bahauddin Nursalim pernah membahasnya secara jelas, sembari mengingatkan kepada kita agar supaya belajar ikhlas dalam menyembah Allah SWT.

Tiga Tipe Ibadah Seorang Hamba

Kiyai yang akrab dengan sebutan Gus Baha ini, menjelaskan pendapat para ahli ilmu yang menyebutkan terdapat tiga tipe atau tingkatan ibadah seorang hamba.

Pertama, beribadah layaknya seorang pedagang ('ibadatut tujjar). Tipe ini adalah Orang yang demikian jika beribadah selalu memperhitungkan laba dan rugi. Misalnya ialah beribadah karena akan mendapatkan surga atau karena takut neraka.

Kedua, beribadah layaknya seorang budak ('ibadatul 'abid). Karena mentalnya budak, karena mentalnya buruh, maka disuruh ibadah apa pun ia akan mengikuti karena takut kepada majikannya.

Tipe yang terakhir atau Ketiga, adalah beribadah sebagai seorang yang bebas ('ibadatul ahrar). Orang yang merdeka ketika beribadah maka sesuai dengan kebenaran yang ada, ia juga mampu melihat adanya kebenaran pada Tuhan yang ia sembah. Sehingga ibadahnya bukan karena adanya tekanan semata, tetapi lebih sebagai bentuk pengakuan kelemahannya dan pengakuan atas kekuasaan Allah SWT. 

Dalam sebuah pernyataan seorang Ulama Ibn Hazm yang di abadikan juga oleh Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya' Ulumiddin. Menyatakan bahwa beliau merasa malu jika menyembah Allah layaknya seorang budak atau pun pekerja.

إِنِّى لَأَسْتَحْيِي أَنْ أَعْبُدَهُ لِلثَّوَابِ وَالْعِقَابِ، فَأَكُوْن كَالْعَبْدِ السّوْءِ إِنْ لَمْ يَخَفْ لَمْ يَعْمَلْ وَكَالْأَجِيْرِ السّوْءِ إِنْ لَمْ يُعْطَ لَمْ يَعْمَلْ 

“Sesungguhnya aku malu kala menyembah-Nya hanya karena pahala dan siksa. Sehingga aku layaknya budak yang buruk, yang jika tidak karena rasa takut maka ia tidak bekerja, dan layaknya pekerja yang buruk, yang jika tidak diberikan bayaran maka ia tidak bekerja.”

Pentingnya Belajar Ikhlas Dalam Beribadah

Kemudian, Gus Baha memberikan penjelasan tentang ihklas dalam beribadah kepada Allah. Beliau mengungkapkan bahwa ikhlas dalam beribadah ialah beribadah hanya karena Allah SWT. Artinya, baik Allah menjanjikan ganjaran surga atau pun tidak, maka seseorang tetap menjalankan ibadah, karena ibadah adalah perintah Allah SWT.

Meskipun hati manusia terkadang tidak ikhlas dalam beribadah kepada Allah dan belum ikhlas dalam menyatakan kebenaran, tetapi ilmu manusia pemberian Allah akan senantiasa ikhlas dalam menyatakan kebenaran. 

Gus Baha kemudian mencontohkan bahwa ketika seorang hamba mengatakan bahwa kertas putih itu putih, juga menyatakan bahwa kertas hitam itu hitam, tanda diberi upah pun ia akan tetap mengatakan sesuai faktanya. Lantas mengapa perlu menunggu diberikan surga untuk mengakui bahwa Allah adalah Tuhan yang berhak disembah oleh seluruh alam? Padahal Allah sebagai Tuhan itu merupakan fakta yang tak dapat diingkari.

Lalu, Gus Baha menyebutkan salah satu firman Allah SWT dalam kitab Zabur yang sangat masyhur dan sering dikutip ulama untuk mengingatkan supaya ikhlas dalam menyembah Allah SWT.

مَن أَظلَمُ مِمَّن عَبَدَنِي لِجَنَّةٍ أَو نَارٍ، لَوْ لَمْ أَخْلُقْ جَنَّةً وَلاَ نَارًا أَمَا كُنْتُ أَهْلاً أَنْ أُطَاعَ أُعْبَد؟ 

“Orang yang zalim dari orang-orang yang menyembahku ialah seorang yang menyembah-Ku hanya karena (berharap) surga dan (takut) neraka. Sekiranya Aku tak menciptakan surga dan neraka, bukankah Aku tetap layak sebagai Dzat yang ditaati dan disembah?”

Memang sudah selayaknya jika seorang hamba itu lebih takut Allah, ketimbang takut neraka-Nya. Karena neraka dan surga hanyalah media, sedangkan tujuannya ialah menggapai rida Allah SWT. Gus Baha pun mengutip pendapat para ahli tafsir yang menyatakan bahwa ayat Al-Qur’an yang mengimbau untuk takut pada neraka (fattaqunnar) ialah untuk posisi orang biasa, sedangkan untuk orang khusus ialah imbauan untuk takut kepada Allah (fattaqullah).

Wallahu a'lam.

Source:
Islami.co = https://bit.ly/3IYkNOx

***

Email: [email protected]
WA: 089657444900
Kami hadir di GOOGLE NEWS

Posting Komentar

Berikan komentar terbaikmu!
© 2015 - rizensia - PT Rizensia Invest Sedaya.
Sahabat Investasi Kamu! | All rights reserved.