![]() |
Kompor Listrik. Foto Istimewa |
rizensia - Pemerintah berencana membagikan kompor listrik gratis selama lima tahun ke depan dengan total anggaran Rp5 triliun.
Menteri BUMN, Erick Thohir, mengungkapkan, kebijakan itu akan terealisasi apabila program bagi-bagi kompor listrik yang dilakukan PT PLN (Persero) sukses. Tahun ini, PLN menargetkan jumlah pengguna kompor induksi bertambah 300 ribu.
"PLN akan menggelontorkan lagi Rp300 miliar untuk membagikan kompor listrik. Kalau ini sukses, pemerintah tahun depan akan menambah lagi Rp5 triliun untuk membagikan kompor listrik selama 5 tahun ke depan," ujar Erick kepada media di Amsterdam, Belanda, Sabtu (3/9/2022) dikutip dari CNN Indonesia.
Adapun, upaya ini dilakukan sama halnya dengan upaya pemerintah mengembangkan bioenergi seperti biodiesel dan etanol hingga mendorong kendaraan listrik untuk mengurangi beban subsidi BBM.
Erick pun menjelaskan bahwa, "Subsidi LPG itu kan Rp70 triliun (per tahun)," ujarnya.
Pemerintah, sambung Erick, juga memikirkan agar jangan sampai masyarakat menengah ke bawah yang menggunakan kompor listrik dianggap sebagai kelompok mampu.
"Nanti disetel, jangan sampai rumah-rumah di bawah 900 VA dianggap orang mampu karena pakai kompor listrik. Itu ada sistemnya, sekarang kan era digital," jelasnya.
Direktur PLN Darmawan Prasodjo sebelumnya menargetkan penambahan jumlah pengguna kompor listrik hingga 15 juta pengguna dalam tiga tahun.
"Tahun ini arahan dari bapak Presiden dan juga dari Pak Menko Perekonomian dan Pak Menteri ESDM ada 300 ribu. Kemudian tahun depan 5 juta, tahun depannya 5 juta dan 5 juta lagi dengan total 15 juta," ujar Darmawan dalam konferensi pers, Jumat (1/7) lalu.
Proyek Hirilisasi Batu Bara Menjadi Dimethyl Ether (DME) Atau Gasifikasi Pengganti LPG
Nah, kita tarik ke belakang, dimana pada Senin 24 Januari 2022. Presiden Joko Widodo melakukan groundbreaking terhadap proyek hilirisasi batubara menjadi Dimethyl Ether (DME). Proyek pengembangan ini dilakukan di Kawasan Industri Tanjung Enim, Muara Enim, Sumatra Selatan.
Proyek ini adalah garapan antara investor Amerika Serikat, Air Products & Chemicals Inc beserta dua BUMN yakni PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Pertamina (Persero). Investasi ini ditaksir menelan biaya Rp 33 triliun, dengan masa kerja pembangunan selama 30 Bulan.
Asal tau saja, proyek ini adalah hirilisasi produksi batubara menjadi gasifikasi untuk mengurangi ketergantungan impor gas elpiji untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri.
Menurut data, bahwa dalam setahun Indonesia bisa mengimpor gas elpiji mencapai 6 juta sampai dengan 7 juta ton. Dengan adanya hirilisasi ini maka Indonesia bisa melakukan efisiensi sekitar Rp 6 triliun sampai Rp 7 triliun dari subsidi.
Nah, PT Bukit Asam Tbk nantinya akan menjadi pemasok kebutuhan batubara dalam proyek DME ini, sementara PT Pertamina akan menjadi pembeli dari hasil produksi dari Air Products & Chemicals Inc.
Tantangan Gasifikasi Batu Bara Menjadi Gas (DME)
Dikutip dari berbagai sumber, penggunaan DME disebut-sebut lebih baik dibandigkan LPG karena mudah terurai di udara dan meminimalisir gas rumah kaca hingga 20%. Kemudian dari segi kesehatan dari penggunaan DME yang berbasis batu bara, dimana jika dihirup asapnya bisa berbahaya bagi kesehatan.
Menurut Pengamat Energi dan Pertambangan Fahmy Radhi, penggunaan DME untuk masak tetap aman bagi kesehatan karena telah melalui proses gasifikasi. Di tahap itulah batu bara akan dikonversi menjadi produk gas yang dapat digunakan untuk kebutuhan energi. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa risiko penggunaan DME terhadap kesehatan sedikit ada dibandingkan dengan penggunaan LPG.
Tantangan selanjutnya adalah biaya produksi gasifikasi batu bara menjadi DME yang lebih mahal dari LPG, Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Dia menyebut biaya memproses DME lebih mahal daripada LPG. Artinya, proyek pembuatan DME dari batu bara ini dinilai kurang ekonomis.
"DME lebih mahal dari LPG dan juga jangka panjang teknologi," kata Ahok dalam acara "2020 International Convention on Indonesian Upstream Oil & Gas" secara virtual, Rabu (02/12/2020). Namun sayangnya dia tidak merinci lebih lanjut. seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Senin (19/06/2022).
Lantas, langkah apa yang akan diambil Pemerintah dalam proyek gasifikasi batu bara menjadi LPG dan peralihan kompor gas ke kompor listrik? Apakah dijalankan secara bersama-sama atau? Patut ditunggu kelanjutannya!