Cara Memaknai Sedekah: Harta Yang Masih Ada, Bukan Yang Habis!

Dalam sebuah kajian yang diselengarakan oleh Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), Semarang Ahad (26/1). Dimana KH. Baha'uddin Nur Salim (Gus Bah

 Assalamu'allaikum....

rizensia - Dalam sebuah kajian yang diselengarakan oleh Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), Semarang Ahad (26/1). Dimana KH. Baha'uddin Nur Salim (Gus Baha) sebagai pengisi tausiyah, dalam kajian itu ia mengatakan bahwa sedekah merupakan usaha pengabadian harta. Karena apa yang disedekahkan itulah yang abadi, ujarnya.

Sedekah Itu Pengabadian Harta Kita

Ia pun memberikan sebuah argument hadist. Dimana suatu ketika, jatah makanan Nabi Muhammad SAW diberikan oleh Siti Aisyah, istrinya, kepada orang lain.

"Wahai Aisyah, makanan jatah saya di mana?" tanya Nabi, sebagaimana ditirukan oleh Gus Baha. Kemudian Aisyah menjawab, "Wahai Rasulullah, tadi ada orang minta. Lalu, saya berikan. Makanan itu habis."

Mendengar perkataan makanan itu habis, kemudian Rasulullah pun berkata "Kamu salah, 'Aisyah. Yang Kamu kasihkan itu justru yang masih.

Sehingga, lanjut Gus Baha, Nabi bersabda, kalau mukhatab-nya laki-laki maka kira-kira begini redaksinya:

"Wa hal laka min maalika illa maa akalta faatnaita wa labista faablaita wa tashaddaqta faabqaita. Harta kamu yang kamu makan kemudian ke toilet jadi kotoran, atau punya pakaian mewah nanti rusak. Sebagian ada yang kamu sedekahkan, itulah yang abadi sampai akhirat."

"Sehingga, banyak pengusaha yang mencintai saya setelah saya ajari hadist itu. Misalnya, dia punya uang 1 M, karena dia spekulan atau pedagang (yang) rawan bangkrut, disedekahkan ke masjid 50 Juta. Ya itu yang abadi. Jadi kalau suatu saat bangkrut, dia masih punya uang 50 juta di akhirat," jelas Gus Baha.

Nah, dari sini Gus Baha mencoba meluruskan pola pikir kita dalam bersedekah yang terkadang keliru.

"Jadi, Nabi mengajari sedekah itu apa? Ya sedekah itu pengabadian uang. Kalau kita kan nggak, sedekah itu nguras uang. Itu pikiran setan, ndak pikiran orang Islam. Itu cara berfikir setan, bukan cara berfikir umat Islam," imbuhnya.

Kemudian, Gus Baha memberikan contoh yang dilakukan oleh Sayyid Ali Zainal Abidin dimana kalau ada orang minta, kemudian memberi, beliau bilang begini: "Marhaban biman hamala zaadi ilal aakhirah. Terima kasih, ya, Anda sudah membawah bekal saya (menuju akhirat). Jadi, dianggap teller saja. Orang yang meminta kepada beliau itu dianggap teller bank. Karena sudah ditabungkan. Ya sudah."

"Kalau kita kan nggak: 'pengemis itu menggangu, gini, gini, gini. Kecuali pengemis profesi. Mungkin kita agak-agak eman (luluh). Di zaman akhir itu ada pengemis profesi. Jadi repot," gurau Gus Baha.

Refrensi: https://www.nu.or.id/post/read/115889/gus-baha--sedekah-itu-pengabadian-harta-

***

Email: [email protected]
WA: 089657444900
Kami hadir di GOOGLE NEWS

Posting Komentar

Berikan komentar terbaikmu!
© 2015 - rizensia| All rights reserved.
Sahabat Investasi Kamu!